Suatuhari datang seorang wanita. Ia minta penggali kubur membuat galian. Galian dibuat. Satu jam kemudian datang jenazah tidak diiringi banyak orang. Hanya beberapa laki-laki saja. Jenazah di turunkan ke tanah. Peti jenazah dibuka. Mayit diturunkan ke kubur. Si penggali ada di dalam, menerima jasad.
Menuntut ilmu merupakan salah satu bentuk ibadah yang dalam dimensi keislaman menuntut ilmu merupakan suatu kewajiban bagi umat Islam. Hal ini dinukil dari hadits Nabi Muhammad SAW yang menjelaskan mengenai kewajiban menuntut ilmu. Bahwa setiap muslim dan muslimat itu wajib menuntut ilmu. Dalam hadist lain pula. Nabi Muhammad SAW menjelaskan bahwa kewajiban menuntut ilmu ditanggung oleh semua orang. Yang dimulai sejak dari terbaring di ayunan ibu kita hingga beristirahat di liang lahat. Kedua hadist ini yang menandai urgensi ilmu. Begitu tinggi sekali urgensi ilmu bagi kehidupan sehingga tak jarang banyak sekali orang yang mendedikasikan penuh hidupnya untuk menuntut ilmu. Salah satu kisah seorang penuntut ilmu yang bisa kita teladani adalah kisah Nabi Musa AS. Yang berguru kepada Nabi Khidir AS. Dalam kandungan surat Al – Kahfi ayat 66, Imam Fakhruddin Ar – Razi menafsirkannya dalam kitab Tafsir Al – Fakhru ar – Razi. Dalam kitab ini membahas mengenai hikmah kisah Nabi Musa AS. Tatkala beliau menjadi seorang penuntut ilmu yang berguru kepada beliau Nabi Khidir AS. Dalam kisahnya Nabi Musa sangat mendedikasikan tinggi kehidupannya saat itu untuk menggali keilmuan yang sedalam –dalamnya dari Nabi Khidir AS. Sehingga dari dedikasi tinggi tersebut memunculkan hikmah yang sangat besar yang bisa kita teladani juga sebagai seorang penuntut ilmu. Hikmah yang pertama adalah sikap Nabi Musa AS yang mengabdi dan bersikap tawadhu kepada gurunya yakni Nabi Khidhir. Pengabdian merupakan feedback atau respon terbaik yang diharapkan oleh semua guru terhadap murid yang diajarinya. Dan kita perlu menerapkannya sebagai seorang penuntut ilmu. Tak hanya itu, dalam proses menuntut ilmu, sikap tawadhu terhadap guru juga penting untuk menunjang keberkahan ilmu yang kita peroleh. Yang kedua adalah sikap merasa tidak boleh membantah guru dan apa yang dilakukan guru. Hal ini erat kaitannya dengan bentuk pengabdian. Di mana kita harus taat terhadap apa yang dilakukan dan diucapkan guru. Sebagai murid harus bisa mengambil ilmu juga tak hanya dari apa yang dijelaskan guru, namun juga tindak – tanduknya. Karena guru itu tak hanya digugu namun juga ditiru. Hikmah berikutya adalah ketika seorang murid belajar maka niat harus ditanamkan betul dalam diri hanya untuk ilmu. Bukan yang lain. Tak jarang kita temui banyak orang mengabdikan dirinya tidak penuh untuk ilmu. Namun niatnya hanya agar mendapat derajat yang tinggi di masyarakat. Untuk hal inspiratif lainnya, silahkan follow Muslima. TCT Terkini
Hikmahberikutya adalah ketika seorang murid belajar maka niat harus ditanamkan betul dalam diri hanya untuk ilmu. Bukan yang lain. Tak jarang kita temui banyak orang mengabdikan dirinya tidak penuh untuk ilmu. Namun niatnya hanya agar mendapat derajat yang tinggi di masyarakat. Untuk hal inspiratif lainnya, silahkan follow Muslima. (TCT)
home menuntut ilmu Muslimah Senin, 30 Januari 2023 - 0705 WIB Pendidikan bagi wanita dalam Islam sangat ditekankan. Dalam Al-Quran dan Hadis tidak ada larangan menuntut ilmu bagi kaum wanita. Bahkan Islam mewajibkan wanita menuntut ilmu. Hikmah Minggu, 09 Oktober 2022 - 1450 WIB Kisah Abu Bakr ibnu Dulaf ibnu Jahdar asy-Syibli membeli ilmu dari Abul Qasim al-Junaid diambil dari buku The Revelation of the Veiled. Ini adalah tentang kisah masa belajar asy-Syibli di bawah al-Junaid. Tausyiah Sabtu, 17 September 2022 - 1404 WIB Dalam Islam, kesuksesan mencari ilmu bisa diukur melalui sejauh mana ilmu yang diperolehnya memiliki keberkahan dan manfaat baik bagi diri sendiri atau orang lain. Tausyiah Rabu, 31 Agustus 2022 - 1254 WIB Seorang muslim harus punya target dalam hidupnya. Hindari hidup yang mengalir begitu saja karena sesuatu yang mengalir pasti mengalir dari atas ke bawah. Karena itu harus semangat dan punya target dalam hidup. Tips Selasa, 23 Agustus 2022 - 1648 WIB Keberkahan ilmu yang diperoleh akan diketahui dari peningkatan amal shaleh pada diri seorang muslim. Jika sudah dapat ilmu tapi tidak berbekas pada diri kita, bisa jadi, itu adalah tanda kita tidak mendapat keberkahan ilmu. Tausyiah Minggu, 21 Agustus 2022 - 2318 WIB Bagi santri yang mendalami ilmu syariat Islam, perlu mengetahui hal-hal yang menjadi sebab memperoleh ilmu. Dalam syariat, menuntut ilmu wajib bagi setiap muslim. Tausyiah Jum'at, 05 Agustus 2022 - 1500 WIB Orang yang berbicara dalam agama ini dengan tanpa ilmu, menjadi penyebab utama munculnya berbagai penyimpangan -penyimpangan dalam agama. Begini penjelasannya. Tausyiah Minggu, 19 Juni 2022 - 1750 WIB Tuntulah ilmu sekalipun di negeri China. Begitu kalimat yang disebut banyak dai sebagai hadis. Para ulama ahli hadis justru menyebut kalimat tersebut bukan hadis. Muslimah Jum'at, 15 April 2022 - 1148 WIB Salah satu amalan yang dapat dilakukan perempuan yang sedang haid saat bulan puasa ini adalah mendengarkan kajian atau majelis taklim sebagai ikhtiar menuntut ilmu Hikmah Jum'at, 18 Februari 2022 - 1730 WIB Dikisahkan, seorang ulama berwudhu 17 kali dalam semalam demi mendapatkan cahaya ilmu. Kisah ini memberi kita pelajaran bahwa pentingnya menjaga wudhu. Tips Kamis, 13 Januari 2022 - 0854 WIB Beragam tipu daya setan untuk menggoda manusia banyak sekali, salah satunya dengan cara talbis dan ghurur. Talbis adalah menampakkan kebatilan dalam bentuk kebenaran,sedangkan ghurur adalah kejahilan. Tausyiah Selasa, 28 Desember 2021 - 2251 WIB ika ingin menjadi orang yang dicintai dan dimuliakan Allah Azza wa Jalla, maka jadilah seorang penuntut ilmu. Berikut alasan mengapa penuntut ilmu dimuliakan Allah. Tausyiah Jum'at, 10 Desember 2021 - 2322 WIB Abah Guru Sekumpul wafat 2005 adalah ulama kharismatik asal Kalimantan Selatan. Berikut kalam beliau tentang ilmu yang patut kita jadikan iktibar. Hikmah Senin, 29 November 2021 - 2152 WIB Semangat Ulama Salaf terdahulu patut diapresiasi karena semangat mereka menimba ilmu. Mereka benar-benar luar biasa karena punya banyak guru yang jumlahnya mencapai ribuan. Tausyiah Kamis, 25 November 2021 - 2248 WIB Semasa masih nyantri dan hendak belajar kepada gurunya, Imam An-Nawawi memiliki akhlak dan kebiasaan mulia yang dapat kita tiru. Berikut akhlaknya. Muslimah Senin, 22 November 2021 - 1352 WIB Menuntut ilmu agama itu wajib bagi setiap kaum muslimin dan muslimat, lelaki maupun wanita, seperti yang disampaikan dalam sabda Nabi shalallahu alaihi wa sallam. Tips Jum'at, 08 Oktober 2021 - 1459 WIB Bacaan doa sebelum belajar dan sesudah belajar, sangat baik kita ajarkan kepada anak-anak. Doa-doa pendek ini, akan memudahkan, anak-anak kita dalam menerima pelajaran atau ilmu. Tausyiah Senin, 04 Oktober 2021 - 1537 WIB Ustaz Hamdan Nasution Attantisy mengatakan, Mencintai guru adalah sesuatu yang wajib. Namun, dicintai guru adalah sesuatu yang istimewa. Tausyiah Kamis, 30 September 2021 - 2242 WIB Bagaimana cara belajar Islam agar tidak salah jalan? Jawabannya sederhana, belajarlah sesuai ahlus sunnah yang benar dan ambillah ilmu dari guru bersanad dan bermazhab. Muslimah Minggu, 26 September 2021 - 0510 WIB Orang yang mengajarkan ilmu, menjadi seorang guru, baik guru dalam ilmu agama maupun ilmu dunia mempunyai keutamaan begitu besar. Sebaliknya orang yang enggan membagikan ilmu yang dimilikinya justru akan merugi.
KisahSeorang Santri Yang Memiliki Hafalan Rendah. Ada seorang santri dari Indonesia menuntut ilmu di Rubath Tarim pada zaman Habib Abdullah bin Umar Asy-Syathiri. Setelah di sana 4 tah un, santri itu minta pulang. Dia pamit minta izin pulang kepada Habib Abdullah. “Habib, saya mau pulang saja.”.
JAKARTA - Jabir bin Abdullah sangat tertarik dengan sebuah hadis yang menggambarkan suasana Padang Mahsyar. Ahli hadis terkemuka pada abad ke-1 H itu pun mencoba menelusuri kebenaran sabda Nabi SAW itu. Sayangnya, orang yang meriwayatkan hadis itu telah hijrah dan menetap di Syam kini Suriah. Padahal, Jabir menetap di Hijaz, sekarang masuk wilayah Arab Saudi. Periwayat hadis itu tak patah semangat. Jarak antara Hijaz dan Syam yang begitu jauh, tak menciutkan tekadnya untuk menelisik kebenaran hadis itu. Jabir lalu membeli sebuah unta. Ia pun mengarungi ganasnya padang pasir demi mencapai Syam. Perjalanan menuju kota itu tak cukup sepekan. Ia menghabiskan waktu selama satu bulan untuk bertemu sahabat Nabi SAW yang meriwayatkan hadis yang ingin diketahuinya. Kisah yang termuat dalam kitab al-Adab al-Mufradkarya Imam Bukhari itu, menggambarkan betapa seriusnya para ulama pada zaman dulu dalam mengejar ilmu dan kebenaran. Jarak yang jauh tak menjadi halangan. Jabir merasa bertanggung jawab untuk mengungkap kebenaran dari sebuah hadis yang diketahuinya. Ia mengaku khawatir tak akan cukup umur bila tak segera membuktikannya. Begitu banyak kejadian luar biasa yang dialami oleh para ulama saat mereka menuntut ilmu. Bahkan, adakalanya peristiwa yang dialami para ulama itu di luar kemampuan nalar manusia. Peristiwa yang mereka hadapi pun cukup beragam. Kadang kala, berupa kejadian fisik, bisa pula nonfisik. Beragam peristiwa dalam kehidupan dicatat oleh para ulama melalui karya-karya mereka. Kisah-kisah tentang pengalaman dan peristiwa yang dialami para ulama, seperti kisah perjalanan Jabir dari Hijaz menuju Syam, tertuang secara apik dalam sebuah kitab yang ditulis oleh Abdul Fattah Abbu Ghaddah. Dalam kitabnya, Abu Ghaddah mengangkat peristiwa dan pengalaman hidup para ulama. Boleh jadi, tema yang diangkat ulama dari tanah Arab itu belum pernah disentuh oleh sejumlah penulis, bahkan ulama salaf zaman dulu sekalipun. Melalui kitabnya yang sederhana itu, Abbu Ghaddah berupaya menggambarkan keteladanan dan ke sungguhan para ulama pada zaman dulu dalam mencari ilmu. Harapannya, tentu saja agar dicontoh generasi Muslim di era modern ini. Abu Ghaddah mengaku, menulis kitab itu bukan tanpa alasan. Semua berawal dari rasa penasaran dan rasa ingin tahunya tentang kiprah ulama dalam mencari ilmu. “Apa tujuan dan manfaat para ahli fikih membahas kasus-kasus yang dalam hitungan akal sehat—atau bahkan, menurut fakta sehari-hari dan kacamata agama—tak pernah dan tak mungkin terjadi?’’ ujarnya. Dalam istilah fikih, kerap disebut dengan fikih nawadir. “Apa gunanya mereka para ulama bersusah payah?” tulis Abu Ghaddah. Dari rasa penasaran itulah, ia melakukan penelusuran. Ia dibuat takjub ketika membaca karya Jurji Zaidan yang berjudul Ajaib Al-Makhluqat, sebuah buku yang mengisahkan tentang keunikan dan peristiwa luar biasa dari makhluk yang hidup di alam semesta. Terlebih, dalam buku itu sang penulis menyertakan beberapa gambar untuk memperkuat informasi yang disajikan. Satu pernyataan Abu Ghaddah pun terjawab. Ternyata, apa yang dibahas oleh para ulama di berbagai disiplin ilmu itu adalah salah satu dari fenomana yang ada di alam semesta. Abu Ghaddah merasa, betapa seorang ahli fikih pada zaman dulu mampu memprediksikan dan membahas kasus-kasus lalu menjelaskan hukumnya. Sebuah langkah besar yang tentu memerlukan kesungguhan dan ketelatenan. Konkretnya, tema ini sengaja dipilih oleh Abu Ghaddah tatkala tempatnya mengajar memberikan amanat kepadanya untuk mem berikan pelajaran dan ceramah umum pada Fakultas Syariah di Universitas Ibnu Su’ud, Riyadh. Tema utama yang mesti dikupas dalam ceramahnya tersebut sepu tar kondisi saat para ulama dan cendekiawan Muslim masa dulu sewaktu mencari ilmu. Abu Ghaddah mengelompokkan bentuk kesungguhan para ulama dalam dunia keilmuan ke dalam enam aspek yang berbeda. Pertama, ia mengelompokkan kisah-kisah ke tangguhan para ulama untuk melakukan “wi sata ilmu” atau rihlat fi thalab al ilm. Ke dua, ia menceritakan tentang keseriusan pa ra ulama dengan meninggalkan segala ben tuk kenikmatan, baik tidur di waktu siang dan malam hari, maupun rasa nikmat lainnya. Ketiga, kesabaran dan penerimaan mereka terhadap kondisi perekonomian dan sulitnya hidup. Keempat, Abu Ghaddah menceritakan ketangguhan para ulama untuk menahan lapar dan dahaga selama menuntut ilmu. Kelima, para ulama yang kehabisan bekal dan ongkos saat menuntut ilmu dan perjuangan mereka dalam keterasingan. Keenam, mengisahkan tentang kesulitan yang dialami oleh para ulama tatkala buku mereka raib atau hilang, dicuri, serta terbakar. Bersusah payah Selain menceritakan kisah perjalanan Jabir Abdullah, dalam kitabnya, Abu Ghaddah juga mengutip cerita Ali bin al-Hasan bin Syaqiq yang mengisahkan perjuangannya saat menimba ilmu kepada gurunya bernama Abdullah bin al-Mubarok. Ali mengungkapkan, ia sering kali tak tidur di malam hari. Pernah suatu ketika, sang guru mengajaknya ber- muzakarahketika malam di pintu masjid. Padahal, saat itu cuacanya sangat tidak bersahabat. Udara dingin menusuk tulang. Ia bersama sang guru berdiskusi sampai waktu fajar tiba, tepat saat muazin mengumandangkan azan. Kegigihan lainnya ditunjukkan oleh Abdurahman bin Qasim al-Utaqa al-Mishr, seorang sahabat Malik dan Laits. Tiap kali menemukan persoalan dan hendak mencari jawabannya dari Malik bin Anas, dia mendatangi Malik tiap waktu sahur tiba. Agar tak kecolongan, Ibnu al-Qasim tiba sebelum waktu sahur. Tak jarang Ibnu al-Qasim membawa bantal dan tidur di depan rumah Malik. Bahkan, karena terlalu lelap tidur, Ibnu al-Qasim sering tidak mengetahui bahwa Malik telah keluar rumah menuju masjid. Suatu ketika, kejadian itu terulang sampai pembantu Malik menendangnya dan berkata, “Gurumu telah keluar meningalkan rumah, tidak seperti kamu yang tertidur.” Seorang hakim terkemuka dari Mesir, Abdullah bin Lahiah, punya kisah tersendiri. Ia dikenal sebagai ahli hadis yang banyak mempunyai riwayat. Pada 169 H, ia tertimpa musibah. Buku-buku catatannya terbakar. Peristiwa ini cukup memukul Ibnu Lahiah. Betapa tidak, akibat kejadian itu, ingatan dan kekuatan hafalan hadisnya mulai berkurang. Sejak saat itu, banyak terdapat kesalahan dalam keriwayatannya. Sebagian pakar dan ahli hadis menyimpulkan, riwayat-riwayat yang diperoleh dari Ibnu Lahiah sebelum peristiwa terbakarnya buku-buku itu dianggap lebih kuat jika dibandingkan dengan riwayat yang diambil dari Ibnu Lahiah pascakebakaran tersebut. Merasa prihatin dengan kejadian itu. Al-Laits bin Sa'ad al-Mishri memberi uang sebesar dinar koin emas kepada Ibnu Lahiah. Namun, bagi para ulama, uang tak dapat menggantikan buku yang berarti sahabat dan teman hidup bagi mereka.
Assalamualaikum kita dalam keadaan sehat wal'afiat dan terus menunaikan ibadah kepada Allah SWTSemoga video ini bisa memotivasi ikhwah filla
Imam Abu Hanifah rahimahullah berkata, الحكايات عن العلماء ومجالستهم أحب إلي من كثير من الفقه؛ لأنها آداب القوم وأخلاقهم» “Kisah-kisah keteladanan para ulama dan duduk di majelis mereka lebih aku sukai dari pada kebanyakan masalah-masalah fikh, karena kisah-kisah tersebut berisi adab dan tingkah laku mereka untuk diteladani” [1] Demikianlah para ulama menerangkan bahwa terkadang membaca kisah-kisah para nabi, orang shalih dan ulama lebih disukai daripada mempelajari teori, karena mereka adalah praktek nyata dari teori yang dipelajari. Kemudian jika kira merasa futur/sedang tidak semangat dalam beragama maka salah satu cara agar semangat lagi adalah dengan melihat dan membaca kembali kisah-kisah mereka. Ali bin Husain bin Ali bin Abi Thalib – Zainul Abidin- berkata, كنا نعلم مغازي النبي صلى الله عليه و سلم وسراياه كما نعلم السورة من القرآن “Dulu kami diajarkan tentang sejarah peperangan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam sebagaimana al-Qur’an diajarkan kepada kami”[2] Allah Ta’ala berfirman, لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِأُولِي الْأَلْبَابِ مَا كَانَ حَدِيثًا يُفْتَرَى وَلَكِنْ تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ كُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِقَوْمٍ يُؤْمِنُون “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka para Nabi alaihis salam dan umat mereka itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal sehat. al-Qur’an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, serta sebagai petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman” Yusuf111 Kemudian kami bawakan kisah-kisah para ulama, karena mereka adalah manusia biasa seperti kita untuk menghilangkan komentar yang terkadang terlintas di hati kita yang lemah seperti, “Mereka kan nabi dan Rasul, pantesan bisa seperti itu” berikut ringkasan kisah mereka, semoga bisa menambah semangat kita Perjalanan jauh untuk ilmu Seseorang jika ingin mendapatkan ilmu maka ia harus keluar dari rumahnya dan mencari ilmu. Imam Bukhari berkata dalam shahihnya, باب الخروج في طلب العلم “Bab keluar untuk menuntut ilmu” Seorang tabi’in terkenal Sa’id bin Al-Musayyab rahimahullah berkata, إن كنت لأسير الليالي والأيام في طلب الحديث الواحد “Sesungguhnya aku berjalan berhari-hari dan bermalam-malam untuk mencari satu hadits.”[3] Ibnul Jauziy berkata, طاف الإمام أحمد بن حنبل الدنيا مرتين حتى جمعالمسند “Imam Ahmad bin Hambal keliling dunia dua kali hingga dia bisa mengumpulkan musnad.”[4] Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah bercerita sendiri, سَافَرت فى طلب الحَدِيث وَالسّنة إِلَى الثغور والشامات والسواحل وَالْمغْرب والجزائر وَمَكَّة وَالْمَدينَة والعراقين وَأَرْض حوران وَفَارِس وخراسان وَالْجِبَال والأطراف “Aku mengembara mencari hadist dan sunnah ke Tsughur, wilayah Syam, Sawahil, Maroko, Al-Jazair, Makkah, Madinah, Iraq, Wilayah Hawran, Persia, Khurasan, gunung-gunung dan penghujung dunia.”[5] Dari Abdurrahman, aku mendengar Ubai berkata, أول سنة خرجت في طلب الحديث أقمت سبع سنين أحصيت ما مشيت على قدمي زيادة على ألف فرسخ لم أزل أحصى حتى لما زاد على ألف فرسخ تركته “Tahun pertama mencari hadits, aku keluar mengembara mencari hadits selama 7 tahun, menurut perkiraanku aku telah berjalan kaki lebih dari seribu farsakh + 8 km. Aku terus terus menghitung hingga ketika telah lebih dari seribu farsakh, aku menghentikannya.”[6] Ibnu mandah berkata, طُفت الشَّرقَ وَالغربَ مرَّتين “saya mengelilingi timur dan barat untuk menuntut ilmu sebanyak dua kali”[7] BERSAMBUNG INSYAALLAH… Lombok, pulau seribu masjid 5 Sya’banl 1433 H, Bertepatan 25 Juni 2012 Penyusun Raehanul Bahraen Artikel [1] Jaami’u bayaanil ilmi wa fadhlihi I/509 Darul Ibnu Jauzi, 1414 H, syamilah [2] “al-Jaami’ li akhlaaqir raawi 2/195, Maktabah Al-Ma’arif, Riyadh, 1430 H, syamilah [3] Jaami’u bayaanil ilmi wa fadhlihi I/395 Darul Ibnu Jauzi, 1414 H, syamilah [4] Shaidul Khatir dikutip dari [5] Al-Maqshadul Arsyad 1/113-114, Maktabah Ar-Rusyd, Riyadh, 1410 H, Syamilah [6] Al-Jarh wa At-ta’dil 1/359, Dar Ihya’ At-turats, Beirut, cet. I, 1427 H, Syamilah [7] Siyar A’lam An-nubala 12/503 Darul Hadits, koiro, 1427 H, syamilah
Terakhirdiperbaharui: Minggu, 23 Januari 2022 pukul 12:38 pm. Tautan: Menceritakan Kisah Nabi Musa Menuntut Ilmu merupakan kajian Islam
Bersabar di Jalan Thalabul IlmiMeninggalkan Kampung Halaman untuk Menuntut IlmuCatatan kakiBersabar di Jalan Thalabul IlmiDari berbagai artikel yang telah dipublikasikan sebelumnya, kita telah memahami tentang keutamaan dan urgensi menuntut ilmu agama ilmu syar’i. [1] Setelah jelas bagi kita tentang keutamaan dan kenikmatan meraih ilmu syar’i [2] serta pahala yang Allah sediakan bagi para thalibul ilmi penuntut ilmu, penulis sangat berharap bahwa hal ini dapat mendorong pembaca semuanya untuk semakin giat dalam thalabul ilmi menuntut ilmu agama. Hendaklah kita menjadi orang-orang yang bersabar di jalan thalabul ilmi. Jangan sampai mudah merasa jenuh dan bosan, karena inilah salah satu adab dalam thalabul Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah berkata,”Hendaklah penuntut ilmu bersabar ketika menuntut ilmu dan jangan sampai bosan. Karena jika manusia sudah tertimpa rasa bosan, maka dia akan merasa letih dan kemudian meninggalkannya. Akan tetapi, jika dia tetap istiqomah dalam belajar, maka sesungguhnya dia akan meraih pahala orang yang bersabar pada satu sisi, dan dia akan meraih hasilnya pada sisi yang lain.” [3]Salah satu sebab yang membantu kita untuk menuntut ilmu adalah tidak pernah mengenal rasa letih dan terus-menerus dalam menuntut ilmu. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah berkata,”Seorang penuntut ilmu seharusnya mengerahkan kesungguhannya demi meraih ilmu dan bersabar di atasnya. Kemudian menjaga ilmu itu setelah mendapatkannya. Karena ilmu itu tidaklah didapat dengan badan yang bersantai-santai saja. Seorang pelajar haruslah menempuh seluruh jalan menuju ilmu. Dan dia akan diberi pahala atas hal itu. Karena adanya hadits Nabi shallallahu alaihi wa sallam di dalam Shahih Muslim bahwa beliau bersabda,’Barangsiapa yang menempuh suatu jalan dalam rangka menuntut ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.’” [4]Oleh karena itu, marilah kita berlomba-lomba untuk menempuh jalan menuju mata air ilmu, jangan pernah merasa letih bosan. Bertahanlah!! Bersabarlah!! Karena di sana ada mata air ilmu yang mengalir jernih, yang menyejukkan hati bagi siapa saja yang mendatangi dan meminumnya. Sungguh kenikmatan yang hakiki. Namun sayangnya, sedikit sekali di antara kita yang Kampung Halaman untuk Menuntut IlmuMata air ilmu ini tidaklah kita dapati di sembarang tempat. Terkadang kita harus berjalan dari satu tempat ke tempat lain demi berburu ilmu. Meninggalkan kampung halaman menuju suatu negeri yang jauh demi mendapatkan ilmu. Perjalanan inilah yang merupakan salah satu sebab yang membantu kita untuk tetap bersemangat menuntut ilmu. Syaikh Muhammad bin Shalih bin Ishaq hafidzahullah berkata,”Di antara sebab yang membantu kita untuk tetap bersemangat menuntut ilmu adalah mengadakan perjalanan dari negerinya ke negeri yang lain dengan maksud untuk bertemu dengan para ulama Rabbani, mengambil ilmu langsung dari mereka, duduk dengan meraka dan mengambil faidah dari mereka. Terdapat dalil-dalil dari syariat yang mendorong dan memotivasi kita untuk mengadakan perjalanan dalam rangka menuntut ilmu ini.” [5] Ini pula yang telah dicontohkan oleh para shahabat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Mereka tidak segan-segan untuk menempuh suatu perjalanan yang jauh demi bertanya tentang عُقْبَةَ بْنِ الحَارِثِ، أَنَّهُ تَزَوَّجَ ابْنَةً لِأَبِي إِهَابِ بْنِ عُزَيْزٍ فَأَتَتْهُ امْرَأَةٌ فَقَالَتْ إِنِّي قَدْ أَرْضَعْتُ عُقْبَةَ وَالَّتِي تَزَوَّجَ، فَقَالَ لَهَا عُقْبَةُ مَا أَعْلَمُ أَنَّكِ أَرْضَعْتِنِي، وَلاَ أَخْبَرْتِنِي، فَرَكِبَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالْمَدِينَةِ فَسَأَلَهُ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَيْفَ وَقَدْ قِيلَ» فَفَارَقَهَا عُقْبَةُ، وَنَكَحَتْ زَوْجًا غَيْرَهُDari Uqbah bin Haarits radhiyallahu anhu, sesungguhnya beliau menikah dengan anak perempuan dari Abu Ihab bin Aziiz. Kemudian datanglah seorang wanita kepadanya seraya berkata,”Sesungguhnya aku telah menyusui Uqbah dan wanita yang dinikahinya!” Maka Uqbah berkata kepadanya,”Aku tidak tahu kalau Engkau menyusuiku dan Engkau pun tidak memberi tahu aku”. Uqbah kemudian pergi dari Makkah menemui Rasulullah di Madinah. Uqbah bertanya kepada Rasulullah, kemudian Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,”Bagaimana lagi, sudah dikatakan demikian”. Uqbah pun menceraikan istrinya, dan menikah dengan wanita yang lainnya. [6] Lihatlah semangat Uqbah bin Haarits radhiyallahu anhu untuk mengadakan perjalanan dalam rangka menanyakan suatu permasalahan bin Qais An-Nakha’i dan Aswad bin Yazid An-Nakha’i rahimahumallah –keduanya penduduk Irak- mendengar hadits dari Umar bin Khaththab radhiyallahu anhu di Madinah. Mereka berdua tidak merasa puas sehingga mereka pergi ke Madinah dan mendengar hadits tersebut langsung dari Umar. [7] Para ulama salaf dulu pun rela menempuh perjalanan yang jauh dan melelahkan demi meraih ilmu. Mereka rela berjalan berpuluh-puluh kilometer, dari satu negeri ke negeri yang lainnya demi mencari satu hadits. Kesulitan, penderitaan dan berbagai rintangan yang mereka dapatkan tidaklah mereka rasakan karena adanya kenikmatan ilmu yang berhasil mereka raih. Sungguh indah hidup ini, jika diisi dengan semangat untuk belajar, mencari ilmu dan melakukan berbagai amal ketaatan. Itulah kebahagiaan yang mereka dapatkan, surga mereka di dunia ini. Dan jika kita benar-benar mengetahui nikmat yang dianugerahkan kepada mereka berupa ilmu dan amal shalih, niscaya kita akan berusaha merebutnya dengan mengerahkan seluruh kemampuan kampung halaman untuk menuntut ilmu merupakan salah satu perhiasan yang harus ada dalam diri seorang penuntut ilmu dalam kehidupan ilmiyyahnya. Syaikh Bakr bin Abdullah Abu Zaid rahimahullah berkata,”Barangsiapa yang tidak pernah pergi untuk menuntut ilmu, maka dia tidak akan didatangi untuk didatangi diambil ilmunya. Barangsiapa yang tidak pernah pergi dalam masa belajarnya untuk mencari guru serta menimba ilmu dari mereka, maka dia tidak akan didatangi untuk belajar darinya. Karena para ulama dahulu -yang telah melewati masa belajar dan mengajar- mempunyai banyak tulisan, karya ilmiyyah, dan pengalaman yang sulit ditemukan di dalam kitab.” [8][Bersambung]***Selesai disusun di pagi hari, Masjid Nasuha Rotterdam NL, 14 Jumadil Akhir 1436Yang senantiasa membutuhkan rahmat dan ampunan Rabb-nya,Penulis M. Saifudin HakimCatatan kaki[1] Bisa dibaca kembali beberapa artikel berikut ini Silakan dibaca kembali artikel berikut Kitaabul Ilmi, hal 41.[4] Kitaabul Ilmi, hal 60.[5] Kaifa Tatahammasu li Thalabil Ilmi Syar’i, hal 220.[6] HR. Bukhari no. 88.[7] Syarh Alfiyyah, 2/226 karya Al-Hafidz Al-Iraqi rahimahullah. Dikutip dari Kaifa Tatahammasu li Thalabil Ilmi Syar’i, hal. 221.[8] Hilyah Thaalibil Ilmi.
Seorangpenuntut ilmu tidak butuh untuk menjadi istimewa. Ustadz Abu Salma,Lc – Untaian Hikmah Dari Kisah Nabi Yusuf – Bagian 1. Next article. You may also like. Mendidik Anak Tanggung Jawab Siapa? By admin 13 October 2020 1. Hukum Mengubah Nama. By admin 28 September 2020 0.
Ilustrasi Puisi Menuntut Ilmu. Sumber Pexels/cottonbro studioIlustrasi Puisi Menuntut Ilmu. Sumber Pexels/Vlada KarpovichGelap terbentang malam yang sunyi, Namun di hatiku menyala api, Semangat belajar tiada pernah luntur, Ilmu menjadi cahaya yang menjelma jendela dunia, Halaman-halaman penuh khazanah berharga, Menuntut ilmu tak pernah usai, Pengetahuan menjadi bekal guru, penuntun terbaik, Menyuluh jalan menuju kesuksesan, Dengan sabar dan bijaksana, Membimbing kami menjadi insan seorang pembelajar sejati, Bukalah hati dan pikiran luas, Dalam setiap kata dan angka, Terletak harta yang tak buku-buku di sekelilingku, Di sana tersimpan harta berlimpah, Kisah-kisah hebat dan pengetahuan luas, Menyemangati perjalanan setiap halaman terselip rahasia, Ilmu yang mendalam menanti penjelajah, Kemauan yang teguh, semangat yang membara, Kucari ilmu, tak kenal ribuan langkah untuk meraihnya, Dengan upaya dan ketekunan yang tulus, Bukan sekadar gelar atau nilai tertinggi, Namun pengembangan diri dan pemahaman yang lelah melanda dan jiwa terkulai, Kuingat pesan sang guru, gemulai, Ilmu adalah obor yang menuntun langkah, Pengetahuan adalah kunci kebebasan puisi-puisi yang menakjubkan, Dalam irama kata-kata yang menggoda, Di dalamnya tersemat pesan-pesan penting, Menuntut ilmu, jadilah insan yang di antara baris-baris kata, Terjangkau oleh jiwa yang haus akan makna, Pelajarilah dunia, saksikan keajaiban, Menggapai mimpi, tak terhingga ilmu adalah perjalanan abadi, Tak hanya di ruang kelas atau sekolah, Namun di mana pun kita berada, Setiap detik adalah kesempatan untuk setiap hari yang cerah atau mendung, Kita terus bergerak, menjelajah ilmu, Menyadari bahwa pengetahuan tak berhenti, Menggelora dalam diri yang ingin adalah api yang membakar semangat, Mengantarkan kita menuju cakrawala yang luas, Belajarlah, jadilah penuntut ilmu sejati, Hingga terbit mentari kesuksesan yang abadi.
ulama didalam menuntut ilmu terdapat banyak hikmah yang dapat kita ambil dari kisah-kisah perjalanan ulama dalam menuntut ilmu diatas.diantaranya adalah:
Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam, salawat dan salam semoga terlimpahkan kepada nabi yang mulia dan utusan yang paling mulia, Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam dan kepada seluruh keluarganya serta Ilmu dan Majelis IlmuJalan Mencari IlmuMakna Jalan Menuju SurgaMalaikat Memiliki SayapPenuntut Ilmu dan yang Mengajarkannya Dimohonkan Ampun Seluruh MakhlukPerbandingan Orang Berilmu dan Ahli IbadahNabi Hanya Mewariskan IlmuSesungguhnya seorang manusia akan lapang dadanya, dan tenang hatinya, manakala melihat penuntut ilmu berada di majelis ilmu. Mereka adalah orang yang meninggalkan nikmatnya tidur dan meninggalkan tempat tidur mereka diwaktu banyak orang lain tidur diatas kasur-kasur yang nyaman. Para penuntut ilmu meninggalkan berbagai kenikmatan dan lebih mengutamakan suatu perkara yang mereka berharap mendapatkan keselamatan di dunia, alam barzah, dan akhirat. Sungguh Allah Ta’ala telah memuji-muji para pembawa ilmu dan yang mengajarkannya dengan berfirmanإِنَّمَا يَخۡشَى ٱللَّهَ مِنۡ عِبَادِهِ ٱلۡعُلَمَٰٓؤُاْ“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama.” QS. Fatir 28Alasan dikhususkan sifat rasa takut kepada ulama karena mereka adalah orang yang paling mengenal Allah. Jika seseorang hamba semakin mengenal Rabb-nya, maka seharusnya dia semakin besar rasa harap dan takutnya kepada adalah sebab keridhoan Allah Ta’ala, dan sebab kehidupan yang baik di dunia, di alam barzah, dan di alam adalah sebab lurusnya sikap dan terdidiknya jiwa. Dia adalah sebab, bagi orang yang ikhlas menuntut ilmu dan dalam mengamalkan ilmu, selamat dari berbagai kejelekan yang banyak macamnya dan jenisnya. Maka pada saat orang-orang yang kita cintai yakni penuntut ilmu berkumpul untuk mengambil ilmu dari sebagian orang-orang yang mereka cintai yakni para ulama atau ustadz, mereka belajar dan mengajar, maka hal ini dinilai sebagai amalan yang mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala dan termasuk amal yang paling utama. Zaman dulu para pendahulu kita, mereka mengikat pelana-pelana kendaraan mereka dalam rangka mencari ilmu melakukan perjalanan panjang .pent. Demikian pula banyak dari kita telah membaca atau mendengar apa yang dilakukan para ulama hadis dimana mereka telah mengadakan perjalanan panjang. Mereka meyakini لَو لَا الإِسنَاد لَقَالَ مَنشَاءَ مَا شَاءَ“Seandainya bukan karena sanad, niscaya semua orang bisa berbica dalam masalah agama sesuka hati mereka.”Sebagaimana Syu’bah rahimahullah dia mengadakan perjalanan sebulan penuh dalam rangka mencari sebuah hadis yang beliau dengar melalui satu jalur yang belum pernah didapatkannya. Ar-Rihlah fii Talabil Hadits karya Al-Khatib Al-Baghdadi hal. 148Begitu juga Jabir bin Abdillah radhiyallahu anhuma – seorang sahabat yang lebih utama dari Syu’bah karena Syubah adalah seorang tabi’in – mengatakan, “Telah sampai kepadaku dari seseorang dari sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sebuah hadis yang dia dengar dari Rasululah shallallahu alaihi wa sallam yang aku belum pernah mendengarnya. Maka aku membeli seokar unta, aku pasang pelana diatasnya, lalu aku mengadakan perjalanan selama sebulan penuh hingga aku tiba di Syam. Maka sahabat yang aku maksudkan adalah Abdullah bin Unais Al-Anshari. Kemudian setelah sampai maka aku mengatakan kepada utusan Abdullah bin Unais, Sampaikan bahwa Jabir ada di depan pintu rumah.’ Maka sang utusan tersebut kembali lagi menemui Jabir membawa pertanyaan Abdullah bin Unais. Dia bertanya, Apakah engkau adalah seorang yang bernama Jabir bin Abdillah?’. Maka aku katakan, Betul’. Kemudian utusan tersebut kembali menemui Abdullah bin Unais dan menyampaikan pesanku. Kemudian Abdullah bin Unais keluar menemuiku. Maka dia memelukku dan akupun memeluknya. Aku katakan kepada Abdullah bin Unais, Ada sebuah hadis yang sampai ke telingaku bahwasannya engkau telah mendengar hadis tersebut dari Rasulullah tentang masalah tindakan kedzaliman yang aku belum pernah mendengar hadis tersebut dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan aku khawatir aku mati atau engkau mati terlebih dahulu sebelum aku sempat mendengarnya.’” Ar-Rihlah fii Talabil Hadits karya Al-Khatib Al-Baghdadi hal. 110Perhatikan bagaimana Jabir sangat perhatian terhadap ilmu. Dia tidak mencukupkan diri hanya tahu saja. Akan tetapi Jabir ingin ilmu yang beliau dapatkan valid langsung dari sumbernya. Terverifikasi dan tervalidasi ilmunya. Ini diantara semangat generasi awal umat Islam dalam mencari pula Abu Zur’ah, Muhammad bin Nashr, dan lainnya mereka melewati gurun pasir dengan berjalan kaki. Semua ini dilakukan dalam rangka mencari ilmu. Mereka menempuh jarak yang sangat jauh yang mana kendaraan tungangan pun pasti kelelahan. Perjalanan yang diiringi keletihan dan kesusahan. Meskipun demikian, nikmatnya ilmu yang Allah azza wa jalla letakkan dihati mereka membuat mereka lupa dari jauhnya ungkapan indah yang disampaikan Ibnul Qayyim rahimahullahكل ما كان في القرآن من مدح للعبد فهو من ثمرة العلم، و كل ما كان فيه من ذم للعبد فهو من ثمرة الجهل“Semua pujian dalam Alquran yang termasuk pujian kepada hamba maka itu semua dikarenakan buah ilmu, dan semua celaan yang ada dalamnya Alquran yang termasuk celaan kepada hamba maka itu semua adalah buah kebodohan nihilnya ilmu dan/atau amal.” Ma’alim fii Thariq Thalabul Ilmi, Hal. 15Ilmu – sebagaimana yang dikatakan Al-Hasan Al Bashri – adalah rasa takut kepada Allah. Maka siapa saja yang lebih berilmu tentang Allah maka harusnya dia lebih memiliki rasa takut kepada Allah. Para ulama terdahulu telah menulis banyak buku khusus membahas keutamaan ilmu, tentang akhlak orang yang memiliki ilmu, dan keutamaan para ulama. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَطْلُبُ فِيهِ عِلْمًا سَلَكَ اللَّهُ بِهِ طَرِيقًا مِنْ طُرُقِ الْجَنَّةِ ، وَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ رِضًا بِمَا يَصنَعُ ، وَإِنَّ الْعَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ وَالْحِيتَانُ فِي جَوْفِ الْمَاءِ ، وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ ، وَإِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ ، وَإِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِر“Barangsiapa yang menempuh jalan yang dijalan tersebut dia mencari ilmu maka Allah akan membuat dirinya menempuh jalan diantara jalan-jalan menuju surga. Sesungguhnya para malaikat meletakkan sayap-sayapnya untuk para penuntut ilmu karena suka dengan apa yang dia lakukan. Sesungguhnya seluruh makhluk di langit dan di bumi akan memohonkan ampunan kepada orang yang berilmu, termasuk ikan ditengah-tengah air. Sesungguhnya keutamaan orang yang berilmu yang mengamalkan ilmunya dibandingkan ahli ibadah yang beramal tanpa ilmu bagaikan keutamaan rembulan dimalam hari saat bulan purnama dibandingkan seluruh bintang. Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi, dan para nabi tidak mewariskan dinar dan tidak dirham dan mereka mewariskan ilmu. Maka siapa yang mengambilnya maka dia telah mengambil bagian yang banyak.” Shahih jaami’ 5/302Baca Juga Keutamaan Belajar Ilmu AgamaJalan Mencari IlmuDalam hadis ini Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda “Barangsiapa yang menempuh jalan yang dijalan tersebut dia mencari ilmu …” maksud dari “jalan” disini dapat dimaknai dengan dua pengertian. Jalan yang nyata dan imajiner. Jalan yang nyata contohnya seperti usaha seseorang menempuh perjalanan untuk datang ke majelis ilmu, melakukan safar dalam rangka mencari sebuah hadis, dan lain sebagainya. Maka ini dikatakan sebagai jalan yang nyata. Sedangkan jalan yang imajiner dapat diartikan sebagai usaha untuk menulis, menghafal, mencatat, dalam rangka dia mempelajari ilmu. Oleh karena itu, semua orang yang menempuh jalan nyata maupun imajiner untuk mendapatkan ilmu, maka Allah akan membuat orang tersebut menempuh suatu jalan diantara berbagai jalan menuju surga. Makna Jalan Menuju SurgaPertama, jalan menuju surga maknanya adalah ibadah. Orang yang beribadah kepada Allah adalah orang yang berjalan menuju surga. Maknanya dengan seseorang mempelajari ilmu tentang agamnya maka akan membuat orang tersebut giat beribadah. Orang tersebut semakin banyak mengetahui ibadah apa sajakah yang dapat mendekatkan dirinya kepada surga. Semakin banyak ilmu, maka semakin banyak pula pengetahuan tentang amal shalih dan amalan yang bernilai ibadah disisi allah. Ilmu tersebut membuat dia bisa mengerjakan ibadah dan semakin semangat untuk melakukannya. orang yang menuntut ilmu karena Allah membuahkan hasil pengetahuannya tentang jalan surga semakin banyak dan seharusnya membuat dia semakin semangat untuk memperbanyak amalan-amalan yang mendekatkan dirinya kepada Allah. Kedua, jalan menuju surga maknanya adalah ilmu itu sendiri. Artinya Allah mudahkan kepadanya ilmu. Ilmu tersebut adalah jalan menuju surga. Baca Juga Metode yang Benar dalam Mempelajari Ilmu AgamaMalaikat Memiliki SayapDalam hadis ini juga menjelaskan bahwa malaikat itu memiliki sayap. Sebagaimana dalam firman Allahٱلۡحَمۡدُ لِلَّهِ فَاطِرِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ جَاعِلِ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةِ رُسُلًا أُوْلِيٓ أَجۡنِحَةٖ مَّثۡنَىٰ وَثُلَٰثَ وَرُبَٰعَۚ يَزِيدُ فِي ٱلۡخَلۡقِ مَا يَشَآءُۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيۡءٖ قَدِيرٞ ١“Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan untuk mengurus berbagai macam urusan yang mempunyai sayap, masing-masing ada yang dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” QS. Fatir 1Maka dalam hadis ini kita mengimani sebagaimana konteks hadis bahwasannya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “para malaikat meletakkan sayap-sayapnya …”. Penuntut Ilmu dan yang Mengajarkannya Dimohonkan Ampun Seluruh MakhlukOrang yang berilmu dan yang mengajarkannya akan dikenal seluruh makhluk. Makhluk-makhluk tersebut akan memohonkan ampun atasnya kepada Allah. Sampai-sampai didalam hadis dikatakan, “… ikan ditengah-tengah air” mereka semua memohonkan ampunan kepada orang yang belajar dan mengajarkan ilmu agama. Ada dua penjelasan ulama tentang maksud “… seluruh makhluk di langit dan di bumi akan memohonkan ampunan kepada orang yang berilmu …”. Pertama, karena degnan mempelajari ilmu agama manusia memperlakukan hewan-hewan dengan layak. Sebaliknya, jika ilmu agama tidak tersebar, hadis-hadis tidak dipelajari, ajaran islam tentang berbuat baik kepada hewan tidak diketahui, maka orang pun melakukan kezaliman kepada binatang-binatang. Maka para hewan akan mendapatkan perlakuan kasar karena kebodohan manusia. Kedua, alasannya karena ilmu agama adalah sebab timbulnya kebaikan, amal shalih, ketaatan, yang menyebabkan tidak rusaknya ekosistem yang ada di muka bumi ini. Sebaliknya, jika manusia berada dalam kebodohan menyebabkan manusia jatuh kedalam kemaksiatan. Kemaksiatan yang dilakukan manusia menyebabkan Allah menimpakan musibah dan bencana. Musibah dan bencana ini akan berdampak pula pada hewan dan makhluk hidup lainnya. Sebagaimana Allah berfirmanظَهَرَ ٱلۡفَسَادُ فِي ٱلۡبَرِّ وَٱلۡبَحۡرِ بِمَا كَسَبَتۡ أَيۡدِي ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعۡضَ ٱلَّذِي عَمِلُواْ لَعَلَّهُمۡ يَرۡجِعُونَ ٤١“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar” QS. Ar-Rum 41Baca Juga Ilmu Agama Itu Lebih Berharga daripada Harta BendaPerbandingan Orang Berilmu dan Ahli IbadahKeutamaan orang yang berilmu yang mengamalkan ilmunya dengan orang yang giat ibadah tanpa didasari ilmu yang mapan bagaikan rembulan diantara bintang-bintang. Rembulan yang bersinar manfaatnya luas dibandingkan dengan bintang-bintang. Nabi Hanya Mewariskan IlmuKemudian dalam hadis tersebut Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda “… ulama adalah pewaris para nabi, …” Ulama adalah pewaris para nabi. Mereka mendapatkan warisan berupa agama dan ilmu agama. Hal ini menunjukkan bahwa agama adalah warisan dari Rasulullah. Artinya tidak boleh ada kreasi pengurangan atau penambahan dalam beragama. Maka perhatikan, bagaimana agama yang Rasulullah wariskan? Bagaimana akidah yang Rasulullah wariskan? Bagaimana sholat yang Rasulullah wariskan? Bagaimanakah puasa yang Rasulullah wariskan? Maka itu semua adalah agama yang benar. Oleh karena itu, kita tinggal belajar kepada para ulama bagaimanakah agama yang Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam wariskan kepada tidak mewariskan dinar dan dirhamDalam hadis dikatakan, “… dan para nabi tidak mewariskan dinar dan tidak dirham dan mereka mewariskan ilmu.” Mereka tidaklah mewariskan kepada keturunan maupun umatnya harta. Seandainya mereka mati dengan meninggalkan harta, maka hartanya akan dibagikan untuk kepentingan sosial. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pun saat meninggal tidak mewariskan hartanya kepada keluarganya lihat HR. Bukhari No. 3988 dan Muslim No. 1759 . Ini adalah bukti bahwasannya dakwah para nabi ikhlas karena Allah. Seandainya para nabi mewariskan dinar dan dirham maka boleh jadi ini menjadi pintu bagi sebagian orang mencela dakwah nabi. Mereka akan berpikiran negatif bahwa semangat nabi bertujuan untuk menumpuk kekayaan yang akan diwariskan kepada anak keturunannya. Akan tetapi tidak demikian, sehingga manusia tidak memiliki alasan untuk mencela dakwah para nabi karena mereka berdakwah semata-mata menginginkan manusia mendapat hidayah, menginginkan manusia selamat dari neraka, terhindar dari kesesatan, dan supaya manusia masuk ke dalam surga Allah. Betapa indahnya perkataan Ibnul Qayyim rahimahullah beliau mengatakan ولو لم يكن في العلم إلا القرب من رب العالمين، والالتحاق بعالم الملائكة و صحبة الملأ الأعلى؛ لكفى به شرفاً و فضلاً، فكيف و عِزّ الدنيا و الآخرة منوط به، مشروط بحصوله؟“Seandainya tidak ada dalam keutamaan ilmu kecuali hal itu akan menjadi sebab dekatnya dengan Allah tuhan semesta alam, dan akan tergabung dengan para malaikat dan bersahabat dengan al malaail a’la para malaikat; maka cukuplah ini menjadi keistimewaan dan kemuliaan. Maka bagaimana lagi jika kemuliaan hidup di dunia dan akhirat tergantung dengan ilmu, disyaratkan dengan diperolehnya ilmu?” Miftahu Daarus Sa’adah 1/108Baca JugaDiambil dari Kitab Ma’alim fii Thariq Thalabul IlmiPenulis Azka HarizArtikel
KisahAbu Darda dan Penuntut Ilmu - Ustadz Muhammad Romelan LcVideo kali ini menceritakan kisah abu darda yang ditemui oleh penuntut ilmu agama. Kisah penunt
KisahDarwati seorang pekerja rumah tangga yang sukses meraih gelar sarjana jurusan Administrasi Niaga Universitas 17 Agustus (Untag) Semarang dengan predikat cum laude juga memberi inspirasi
KisahBaqi' bin Makhlad, Sang Penuntut Ilmu Sejati Kisah Pencari Ilmu Yang Sejati Source: suatu hari Baqi’ bin Makhlad melakukan perjalanan dari Andalus
Berikutini adalah sepenggal kisah-kisah menakjubkan tentang kesungguhan para Ulama dalam menuntut ilmu. Semoga bisa menjadi pelajaran dan teladan bagi kita untuk bersemangat menjalankan aktifitas ilmiyyah : menempuh perjalanan menghadiri majelis ilmu, mencatat, murojaah (mengingat kembali pelajaran yang sudah didapat), membaca buku-buku
VPOgY. mlb84qk832.pages.dev/558mlb84qk832.pages.dev/200mlb84qk832.pages.dev/547mlb84qk832.pages.dev/364mlb84qk832.pages.dev/854mlb84qk832.pages.dev/83mlb84qk832.pages.dev/691mlb84qk832.pages.dev/60
kisah seorang penuntut ilmu